by Tri Indriawati Jibi Solopos - Espos.id Sport - Sabtu, 20 September 2014 - 06:35 WIB
“Oh itu bendera Indonesia. Eh bukan, itu Polandia,” celoteh sebagian penonton menebak-nebak nama negara dari tiap bendera yang terlihat di angkasa.
Sorakan penonton seketika menggemuruh saat seorang penerjun payung berkostum Gatot Kaca meliuk-liuk di atas Stadion Manahan dengan membawa bendera Merah Putih berukuran raksasa. Selaku tuan rumah, bendera Indonesia sengaja dihadirkan paling akhir untuk sebagai penutup upacara pembukaan kejuaraan terjun payung internasional bertajuk 38th CISM World Military Parachuting Championship 2014.
Pengibaran bendera 42 negara menjadi salah satu kampanye perdamaian yang diusung dalam kompetisi olahraga terjun payung militer kali ini. Dengan kejuaraan ini, seluruh peserta diharapkan mampu mempererat perdamaian lewat olahraga.
“Olahraga tidak mengandung unsur politik maupun kepentingan lain. Dalam olahraga, kita bisa menjalin perdamaian,” jelas Panglima TNI, Jenderal Moeldoko, dalam konferensi pers seusai upacara pembukaan.
Harapan Moeldoko soal perdamaian lewat olahraga mungkin mulai menemui hasil dengan berpartisipasinya dua negara Asia Timur, Korea Selatan dan Korea Utara, yang tengah berseteru. “Dalam olahraga, kita bisa mencairkan hubungan dua negara yang sedang bertikai. Harapan kami, melalui olahraga ini, mereka [Korea Utara dan Korea Selatan] bisa menemukan jalan untuk saling berkomunikasi,” sambung dia.
Kejuaraan yang diikuti 406 peserta dari 42 negara beserta 11 negara observer itu mendapat sambutan hangat dari seluruh masyarakat Kota Bengawan. Ribuan warga Solo, mulai dari anak-anak, pelajar, hingga orang tua, memadati Stadion Manahan untuk menyaksikan langsung pembukaan perhelatan akbar itu.
Seluruh peserta kejuaraan juga tampak menikmati keramahan masyarakat Solo yang selalu antusias menyaksikan kompetisi itu. Mereka juga dibuat terkesan dengan sajian budaya yang digeber untuk menyemarakkan kejuaraan.
Sekretaris Jenderal CISM, Kolonel Rinnete Hulme, mengatakan kejuaraan yang digelar badan olahraga militer dunia itu memang mengemban misi perdamaian. Selain berkompetisi, para tentara yang dikirimkan masing-masing negara diharapkan mampu saling menjalin hubungan erat demi terciptanya perdamaian dunia.
Kompetisi 38th CISM World Military Parachuting Championship 2014 mulai digeber Jumat pagi dengan agenda babak penyisihan. Masing-masing negara berhak menurunkan satu tim yang terdiri dari 15 peserta. Setiap tim hanya diperkenankan memilih dua nomer dari tiga nomer pertandingan yang tersedia, yakni accuracy (ketepatan mendarat), free style (gaya bebas), dan formation skydiving (kerjasama di udara). (Tri Indriawati/JIBI/SOLOPOS)