by Redaksi - Espos.id Sport - Sabtu, 30 Agustus 2014 - 09:25 WIB
Bayang-bayang kekalahan lantaran faktor non teknis memang masih melekat erat di benak para penikmat sepak bola Kota Solo. Persis bahkan pernah dipaksa menelan kekalahan 1-2 dari PPSM Magelang karena perlakuan wasit yang kurang adil di laga terakhir Grup 4, pekan lalu.
Ketua Umum Persis Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, bahkan tak segan melontarkan kecaman terhadap ketidakadilan yang dialami skuat polesan Widyantoro itu di kandang PPSM Magelang lalu. Dia yakin Laskar Sambernyawa bisa melangkah mulus di babak 16 jika pemimpin pertandingan selalu bersikap profesional.
“Pasti bisa, untuk lolos ke ISL pun peluang masih ada. Asalkan, pimpinan pertandingan profesional, tidak curang. Hla yen wasitnya seperti kemarin, ya bisa bubrah masa depan sepak bola Indonesia,” kata Rudy, sapaan F.X Hadi Rudyatmo, saat dijumpai wartawan di Stadion Manahan, Jumat (29/8) pagi.
Persoalan non teknis juga menjadi catatan utama Pelatih Persis Solo, Widyantoro, yang kecewa dengan kinerja wasit di laga kontra PPSM lalu. Dia menekankan kepada anak-anak didiknya untuk menghindari jebakan offside supaya terhindar dari hukuman wasit.
“Kalau masalah teknis, kami semua sudah siap. Tapi, kalau soal non teknis, saya angkat tangan. Seperti yang terjadi di Magelang kemarin, semestinya kami bisa bikin tiga gol tapi disetop wasit setiap kali akan gol,” tandas dia.
Sementara itu, Manajer Persis Solo, Totok Supriyanto, menekankan pentingnya pengendalian emosi para pemain. Jika Ferry Anto dkk. terpancing emosi atas ketidakadilan wasit, sambung Totok, skema permainan bisa buyar seketika.
“Ketika tim dirugikan, anak-anak harus bisa menjaga jangan sampai emosi. Kalau sudah terpancing emosi, tempo permainan pasti hilang. Selain itu, jangan sampai menerapkan jebakan offside untuk menghindari kesalahan non teknis,” jelas dia.
Totok berharap para penggawa Laskar Sambernyawa bisa bermain konsisten, setidaknya seperti yang diterapkan di kandang PPSM lalu. Saat itu, Persis tetap mampu membuat skuat tuan rumah keteteran meski mereka banyak dirugikan atas keputusan wasit.
“Persis juga bisa menerapkan pola main pendek dari kaki ke kaki, jangan pakai bola lambung. Karena dengan begitu lawan pasti kesulitan. Harapan kami bisa membawa pulang poin, entah menang atau draw,” tutup dia. (Tri Indriawati/JIBI/Solopos)