Esposin, MANCHESTER — Tidak ada yang lebih menyakitkan dalam karier pelatih Josep “Pep” Guardiola dibanding ketika timnya, Manchester City, dipermalukan Barcelona dengan skor telak 0-4 di Camp Nou, 19 Oktober 2016 lalu.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Guardiola mendapatkan tamparan keras dengan kekalahan pada matchday ketiga Grup C Liga Champions itu. Apalagi tim yang mengalahkan City merupakan mantan klub yang pernah dibawanya sukses dengan 14 trofi selama empat tahun. Untuk itu, Guardiola pantang kembali dipermalukan Barcelona ketika City menjamu raksasa Catalan pada matchday keempat Grup C di Stadion Etihad, Manchester, Rabu (2/11/2016) pukul 02.45 WIB.
Kemenangan telak atas City membuat Barcelona merasa nyaman berada di puncak klasemen sementara Grup C dengan sembilan poin. Tim berjuluk Blaugrana itu unggul lima poin dari City dan enam poin dari Borussia Monchengladbach yang masing-masing menempati urutan kedua dan ketiga klasemen.
Itu artinya, Barca hanya membutuhkan hasil seri dalam duel di Etihad untuk memastikan lolos ke babak 16 besar. Sementara City tidak boleh bersantai karena posisi mereka di peringkat kedua bisa dengan mudah dikudeta Monchengladbach. Jadi, City bukan sekadar mengusung misi balas dendam namun sekaligus mengamankan asa lolos ke fase knock-out.
Dalam lima pertemuan terakhir City tidak pernah menang melawan Barcelona dalam sejarah pertemuan kedua tim di panggung kompetitif. Meski demikian, rekor City di Etihad cukup bagus, dengan tak terkalahkan dalam enam partai kandang di Liga Champions.
Guardiola pernah membawa klub yang dilatih sebelumnya, Bayern Munich, bangkit ketika bertemu Barcelona pada semifinal Liga Champions 2014/2015. Pada leg pertama, Bayern besutan Guardiola dibantai Barcelona di Camp Nou dengan skor telak 0-3. Sedangkan pada leg kedua di Allianz Arena, Bayern menang 3-2. Sayang, kemenangan di leg kedua tetap tak kuasa membendung tim polesan Guardiola tersingkir dengan agregat 3-5.
Nah, City berkaca dari pengalaman Guardiola bersama Bayern. The Citizens masih memiliki peluang untuk melakoni balas dendam. Untungnya, pertemuan City ini terjadi di babak knock-out. The Citizens pun memiliki modal kemenangan telak 4-0 atas West Bromwich Albion di Liga Premier, akhir pekan lalu. Hasil itu memutus rentetan enam pertandingan tak pernah menang bagi Kevin de Bruyne dkk. di semua kompetisi.
Bomber City, Sergio Aguero, kembali tajam dengan memborong dua gol ke gawang West Brom. Dia kemungkinan besar akan ditempatkan Guardiola sebagai starter ketika meladeni Barca setelah duel di Camp Nou dirinya hanya turun dari bangku cadangan.
“Saya pikir demikian [memasang Aguero sebagai starter]. Namun saya tidak akan memberi tahu Anda posisi mana dia akan bermain. Saya hanya bisa mengatakan saya akan memainkan satu pemain lebih banyak di tengah. Saya ingin lebih mengontrol pertandingan dan saya putuskan saya ingin para pemain memasuki kotak penalti, tidak hanya bertahan di sana saja. itu alasannya. Ini keputusan taktik," ujar Guardiola, seperti dilansir Skysports.com.
Rencana menumpuk pemain di barisan gelandang untuk mengontrol permainan di Etihad tidak salah. City mungkin bisa berhasil dengan rencana Guardiola itu mengingat lini tengah Barca sedang kehilangan Andres Iniesta karena cedera. Tapi di sisi lain, Guardiola tidak bisa memainkan kiper Claudio Bravo yang terkena kartu merah di Camp Nou. Willy Caballero akan diplot menggantikan Bravo di bawah mistar gawang The Citizens.
Guardiola mengakui kualitas skuat City masih di bawah Barca setelah kekalahan tragis 0-4 di Camp Nou. Namun, kali ini mereka bisa sedikit lega karena Barca tidak dalam amunisi penuh. Selain Iniesta, Barca kehilangan bek Gerard Pique, Jordi Alba, dan Aleix Vidal. Kabar baiknya, Arda Turan, dilaporkan kembali fit untuk melawat ke Etihad.
Barca hanya menang dengan skor tipis 1-0 atas Granada di Liga Primera, Minggu (30/10/2016) dini hari WIB. Menang dengan skor tipis sangat jarang terjadi bagi Barca yang selalu tampil agresif. Apalagi tidak ada satu pun anggota trisula MSN (Lionel Messi, Luis Suarez, dan Neymar) yang mencetak gol karena gagal menembus pertahanan ultra-defensif dari Granada.