Komisaris Persis DU LPIS Ruhban Ruzziatno mengatakan hal itu kepada Esposin, Sabtu (27/7/2013), terkait kian tidak sehatnya kompetisi LPIS yang terlihat dengan ketiadaan sponsor utama dan tidak jelasnya sistem promosi serta degradasi di DU LPIS.
“Persoalan yang dialami tim-tim di LPIS itu semuanya berasal dari pusat [operator DU LPIS yang kurang profesional]. Hal itu termasuk belum dibayarnya gaji pemain Persis, masih adanya tunggakan sewa lapangan dan persoalan lainnya yang dihadapi Persis. Itu semua mestinya tak akan terjadi kalau dana sponsor dari pusat turun. Karena tak berjalan makanya kompetisi DU LPIS seperti ini,” kata Ruhban Ruzziatno.
Ruhban menjelaskan persoalan internal yang dihadapi Persis harus segera dicarikan solusi oleh jajaran manajemen. Dalam kondisi seperti ini, manajemen perlu mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Hal terpenting yang menjadi pertimbangan pengambilan keputusan manajemen, yakni tetap memikirkan masa depan pemain.
“Kalau memang tim tak ada dana, otomatis tak perlu dilanjutkan. Buat apa dilanjutkan kalau hanya akan merugikan pemain? Nasib pemenang DU LPIS ini juga belum jelas apakah ikut ke kasta yang lebih tinggi di masa depan? Kendati seperti itu, saya masih berharap dana dari sponsor [operator liga] bisa turun sebelum Lebaran. Agar tim ini bisa menyelesaikan kompetisi. Saat ini, kuncinya berada di manajemen,” ujarnya.
Tidak jelasnya sistem promosi dan degradasi yang dianut DU LPIS membuat Persis Solo kehilangan sponsor utama. Padahal, sebelum kompetisi digulirkan April kemarin, jajaran manajemen sudah berjuang maksimal mendatangkan sponsor kelas kakap dari luar kota. Hanya, sponsor yang dimaksud mundur secara sepihak begitu melihat sistem promosi degradasi DU LPIS dinilai kabur. Bahkan, dalam beberapa pekan terakhir, Persis harus ditinggal dua pemain andalannya, Haryadi Putul dan Tri Handoko. (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)