Esposin, SOLO – Gregoria Mariska tak henti mengumbar senyum setelah memastikan kemenangan Mutiara Cardinal Bandung atas Tangkas Intiland Jakarta di Sritex Arena, Solo, Rabu (7/12/2016). Meski masih berpeluh keringat setelah menumbangkan Rusydina Antardayu Rio Dingin dalam pertandingan 30 menit, gadis berusia 17 tahun tersebut tetap ramah meladeni pertanyaan wartawan yang mewawancarainya.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
“Ya, bersyukur bisa memastikan kemenangan,” jelas Gregoria.
Ini menjadi penampilan perdana Gregoria di Kejurnas Badminton 2016. Kini, ia menjadi andalan Mutiara Cardinal di sektor tunggal putri setelah cedera yang dialami Hanna Ramadini, Selasa (6/12/2016). Gregoria pun mampu menjawab ekspetasi klubnya dengan menyumbang poin.
Gregoria tidak hanya senang bisa memberi poin penting bagi klubnya di Kejurnas Badminton 2016. Namun, kampiun BWF Junior 2015 tersebut juga bahagia karena bisa Kejurnas Bandimton tahun ini bisa menjadi momentum baginya untuk pulang kampung.
Gregoria memang lahir dan dibesarkan di Bulusulur, Wonogiri. Namun, sejak kelas dua sekolah dasar, dia sudah terbiasa hidup mandiri, terpisah dengan orang tuanya demi mengejar mimpi sebagai pebulu tangkis dunia. Ia pernah menempa skill bersama Pudiklat PMS Solo, menyewa guru privat, dan memutuskan hijrah ke Bandung untuk masuk Mutiara Cardinal, sampai akhirnya menembus pelatnas, di Cipayung, Jakarta.
“Tapi belum bisa pulang [ke Wonogiri], nanti nunggu tanggal 24 [Desember] baru bisa dapat libur. Tapi sudah kasih tahu orang tua kalau main di Solo, mereka mau datang ke sini [Sritex Arena] nanti. Tentu seneng banget,” jelas putri pasangan Gregorius Mariyanto dan Fransiska Romana D. tersebut.
Gregoria tak menampik terkadang dilanda homesick ketika harus berjauhan dengan ayah dan ibunya. Namun, pebulu tangkis yang memulai karier dengan berlatih di halaman rumahnya di Wonogiri tersebut kerap meminta kedua orang tua datang menjenguknya demi melepas kangen. “Kalau dulu masih di Mutiara, kalau kangen suruh jenguk ke Bandung. Sekarang di pelatnas, suruh dateng ke Jakarta,” jelas dia sambil terkekeh.
Gregoria mengaku keinginannya bermain bulu tangkis datang begitu saja. Maklum, tidak ada keluarganya yang berprofesi sebagai atlet bulu tangkis. “Dulu, minta ayah dibelikan raket. Awalnya Cuma main-main di halaman rumah, bahkan kadang pakai lapangan sepak bola. Kemudian ayah tanya-tanya bagaimana masuk klub, akhisnya saya dimasukkan klub [PMS],” ungkapnya.