by Redaksi - Espos.id Sport - Kamis, 5 Februari 2015 - 05:25 WIB
Esposin, MALLORCA— Petenis nomor tiga dunia, Rafael Nadal, tak mau berlama-lama berkubang kesedihan menyusul kegagalannya di ajang Grand Slam Australian Open 2015.
Kini petenis Spanyol tersebut langsung mengalihkan perhatiannya ke turnamen lapangan tanah liat di Amerika Selatan, Rio Open dan Argentina Open yang digelar pertengahan Februari mendatang.
Nadal kembali menjalani training di Mallorca, Spanyol, begitu terdepak di perempat final Australian Open lalu. Ia seakan hendak segera melupakan pil pahit yang ditelannya di Melbourne lantaran gagal mengulang sukses tahun lalu saat ia pulang sebagai runner up.
Petenis kidal ini begitu bersemangat mengingat dua agenda penting yang ada di depan matanya adalah turnamen favoritnya karena bertempat di lapangan tanah liat yang menjadi spesialisasinya.
Agenda terdekatnya, yakni tampil di Rio Open 2015, Brasil, yang bakal digelar Senin (16/2). Kompetisi ini terbilang istimewa karena Nadal bakal hadir sebagai juara bertahan.
Selepas itu ia akan bertandang ke Argentina Open 2015 di Buenos Aires untuk kali pertama sejak musim 2005 silam. Ia akan beradu keberuntungan melawan kompatriotnya, David Ferrer, yang merupakan juara bertahan sekaligus pemegang trofi juara tiga kali beruntun (2012, 2013, 2014).
“Saya kira ini start musim yang tak terlalu buruk. Saya bisa sampai perempat final [Australian Open]. Saya harus meraih banyak poin dan banyak gelar yang harus saya pertahankan. Memang proses penyembuhan belum selesai, tapi saya tetap berlatih,” ungkapnya, dilansir tennisworldusa.org, Rabu (4/2).
Sementara itu, pelatih sekaligus paman Nadal, Toni Nadal, mengaku tak khawatir dengan kondisi keponakannya pasca kekalahannya di Melbourne lalu. Meskipun Toni mengakui jika Nadal bermain buruk ketika meladeni Tomas Berdych di perempat final. Kondisi ini berujung pada nasib sial yang membikin Nadal mesti angkat koper.
“Itu bukanlah masalah besar karena akan berubah dengan cepat. Terkadang Anda berada di atas, begitu juga sebaliknya. Saya tak menganggapnya sebagai tragedi. Hal yang sama terjadi pada Federer yang akhirnya mampu juara di Shanghai tahun lalu,” jelasnya. (Farida Trisnaningtyas/JIBI/Solopos)