Formula One 2015 ditandai dengan retaknya hubungan kerja sama antara Red Bull-Renault.
Esposin, MONZA—Red Bull kian tak sabar menunggu keputusan Renault selaku pemasok mesin Formula One (F1) soal sikap mereka di musim 2016 mendatang. Tak dapat dipungkiri penampilan merosot Red Bull Renault dalam dua musim terakhir membikin dua pihak yang pernah sangat mesra ini diambang perpecahan. Kabarnya, Red Bull mengultimatum Renault untuk segera melanjutkan atau menyudahi kerja sama mereka dalam dua pekan ke depan.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Sebenarnya kontrak Red Bull dan Renault baru rampung di akhir musim 2016 mendatang. Tapi, kedua pihak seakan tak sabar untuk segera berpisah. Red Bull dikabarkan hendak menggaet Mercedes untuk urusan mesin, sedangkan Renault berniat turun sebagai tim penuh F1 dengan mengakuisisi Lotus.
Team Principal Red Bull, Christian Horner, berharap Renault menghormati kontrak mereka hingga musim 2016. Meskipun produsen mesin asal Prancis itu kemungkinan kembali terjun di F1 sebagai tim, Horner ingin Renault tetap mengutamakan Red Bull soal mesin seperti yang sudah mereka lakukan sejak musim 2010.
“Kini sudah September dan semua orang ingin mengetahui apa rencana Renault ke depan. Saya kira dalam dua pekan ke depan kami akan tahu bagaimana posisi Renault,” ujar Horner, dilansir crash.net, Senin (7/9/2015).
Red Bull bisa saja langsung mengakhiri kontrak mereka lebih cepat lalu menjajaki produsen mesin baru, entah Mercedes atau Ferrari. Namun, rencana ini mengalami penolakan dari kubu internal Mercedes yang ogah memasok mesin untuk tim pabrikan asal Austria itu. Sedangkan Ferrari sudah kelewat sibuk lantaran mereka akan menyuplai mesin untuk empat tim di musim 2016. (Farida Trisnaningtyas/JIBI/Solopos)