Esposin, SOLO – Gregoria Mariska Tunjung menjadi kampiun di ajang Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior 2017. Gregoria mengalahkan wakil Tiongkok Han Yue, dengan rubber game 21-13, 13-21, 24-22 pada babak final di GOR Among Rogo, Yogyakarta, Minggu (22/10/2017).
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Butuh kerja keras bagi Gregoria untuk mencapai prestasi itu. Bahkan, dia memulai latihan bulu tangkis dari garasi rumahnya. Hal itu diceritakan oleh sang ayah, Gregorius Maryanto. Maryanto mengungkapkan kompleks perumahannya di Perumahan Griya Cipta Laras, Dusun Bulusari, Bulusulur, Wonogiri, memang tak memiliki halaman luas.
Luas tanah rumahnya hanya berukuran 10x7 meter. Dulu, di dalam rumah itu terdapat garasi berukur 3x6 meter. Garasi itu menjadi kawah candradimuka bagi Gregoria. Maryanto menceritakan selama lima tahun, dia melatih Gregoria di garasi tersebut. Saat latihan di ruangan sempit itu, Maryanto fokus mengasah pukulan dan langkah putrinya.
“Dulu pernah latihan di halaman waktu TK, kemudian latihan di garasi mobil. Latihan kemampuan dasar pukulan dan langkah di garasi, menurut saya, cukup efektif,” ungkap Maryanto kepada Esposin, Senin (23/10/2017).
Gregoria sejak TK sudah dibelikan raket bulu tangkis oleh Maryanto. Sejak punya raket, Gregoria tidak mau bermain olahraga lain. Melihat kesukaan putrinya terhadap bulu tangkis, Maryanto bertekad menjadikan olahraga tersebut sebagai ladang prestasi Gregoria. Maka, suami dari Fransiska Romana itu menggembleng Gregoria dengan sangat keras.
Saking kerasnya, banyak tetangga Maryanto merasa iba terhadap Gregoria. Saat matahari sedang terik-teriknya, Gregoria mengelilingi kompleks permahan sebanyak 25 kali (kira-kira setara 15 km). Bahkan, saat hujan turun dia tetap menjalankan program latihan yang diberikan ayahnya.
Apalagi saat itu, tubuhnya masih kecil dan tampak ringkih. Tetangga Maryanto, Tulus, mengaku sering melihat Gregoria lari mengelilingi perumahan saat hujan. Ia mengaku iba terhadap Gergoria, namun di sisi lain kagum dengan tekad Maryanto.
Hal serupa juga diungkapkan tetangga lain, Bambang Susilo. Menurutnya, Gregoria seakan-akan difokuskan hanya untuk bermain bulu tangkis. Beberapa kegiatan ekstrakurikuler tidak diikuti demi bisa latihan bulu tangkis.
“Ayahnya [Maryanto] bukan seorang atlet, hanya bisa bermain saja. Tetapi dia punya keinginan kuat untuk membuat anaknya menjadi atlet bulu tangkis. Setelah keliling perumahan pada siang, ganti latihan di ruangan kecil di sana [garasi] pada sore harinya,” kata dia.
Meski berlatih keras sejak dini, prestasi akademik Gregoria di SDN 1 Ngadirojo ternyata cukup memuaskan. Sejak kelas I-IV, Gregoria selalu masuk peringkat lima besar dan sering menjadi peringkat kedua terbaik. Tak hanya itu, dia juga menjadi langganan penyumbang piala bagi sekolahannya di setiap kejuaraan bulu tangkis yang diikutinya.
“Prestasi akademiknya bagus. Dia mudah bergaul, tidak pemalu, dan aktif kalau di kelas,” kenang guru Gregoria saat kelas III, Eny Purwiyatmi.
Sementara itu, Ketua KONI Wonogiri, Eko Warsito mengaku terus memantau potensi anak-anak Wonogiri yang berprestasi di kancah internasional dan nasional. Dia mengucapkan selamat kepada Gregoria yang berhasil mewujudkan impian masa kecilnya.
Namun Eko berharap agar Gregoria tidak mudah puas dengan pencapian ini. “Indonesia sudah menunggunya di level senior, semoga dia terus berkembang dan bisa memenangi banyak kejuaraan sekaligus menjadi kebanggan Indonesia,” ucapnya